Kamis, 10 Mei 2012

Keinginan






Pada mulanya, saya adalah seseorang yang selalu meragukan kemampuan Tuhan untuk menjawab doa-doa yang dibacakan manusia—

Hingga pada suatu hari, beberapa tahun yang lalu, seorang teman mengeluh dan memaki-maki Tuhan karena ia merasa bawa keinginan-keinginannya tak pernah didengar dan dikabulkan Tuhan. “Tuhan memang memberikan segala hal yang kita butuhkan, tapi kalau Dia benar-benar Maha Kuasa, sesekali Dia juga harus mengabulkan apa yang kita inginkan, donk!” Umpatnya. 

Saya bisa memahami kemarahannya. Teman saya ini, seorang pria baik yang taat beribadah, namun seringkali tak begitu beruntung dalam hidupnya—

Tuhan tahu bahwa Apa yang kita inginkan belum tentu baik bagi kita.” Demikian respon saya. Jujur, saya tak punya jawaban lain selain kalimat klise semacam itu. Padahal, dalam hati, saya juga bertanya-tanya: Bukankah Tuhan sudah berjanji akan mengabulkan apa yang kita mintakan kepada-Nya? 

Aku akan memaksa Tuhan agar mengabulkan keinginanku,” katanya. 

Memaksa?” Saya mengonfirmasi pernyataan teman saya itu.

Ia mengangguk penuh keyakinan. “Kalau tak bisa diminta secara baik-baik, aku akan memaksanya!

Tentu saja saya tak pernah menduga teman saya yang baik dan salih ini akan mengeluarkan pernyataan sedemikian keras tentang Tuhan. Tetapi, sekali lagi, saya bisa memakluminya: Kekurangan-kekurangan dalam hidupnya, penderitaan dan perjuangan panjangnya, kekhusyukan ibadah dan doa-doa khidmatnya, bagi saya, sudah memberinya cukup alasan untuk “menagih” sesuatu pada Tuhan.

Bagaimana caranya memaksa Tuhan?” Saya tak bisa menduga apapun yang akan teman saya lakukan untuk memaksa Tuhan agar mengabulkan keinginannya.  

Aku akan memintamu mendoakanku, seperti akan kuminta puluhan orang lain mendoakanku.

Saya terdiam. Teman saya melanjutkan—

Bersama puluhan orang itu, aku akan mengarak doaku untuk menggetarkan langit dan memaksa para malaikat untuk membuka pintu Arasy. Di sanalah para malaikat akan melihat gumpalan-gumpalan doa kita berubah menjelma gelombang cahaya yang demikian besar sehingga membuat mereka silau dan gemetar—Sehingga tatkala gelombang itu sampai tepat di hadapan mereka, mereka tak punya pilihan lain selain membukakan pintu langit dan mengantarkannya ke hadapan Tuhan. Dan Tuhan Yang Maha Mengabulkan Semua Doa yang Sampai di HadapanNya, tak bisa lagi menolaknya!

Saya tercengang. Apa yang baru saja teman saya katakan benar-benar tak pernah saya bayangkan sebelumnya: Kurang ajar, tapi keren! 

Dengan penuh keyakinan,” saya mengucapkan kalimat itu dengan perasaan yang gemetar, “Aku akan mendoakan apapun yang terbaik untukmu.

***

Beberapa minggu setelah percakapan itu, setelah ia mendatangi orang kelima puluh tiga yang ia mintai doa, secara ajaib Tuhan mengabulkan keinginannya untuk melanjutkan kuliah—

Pamanku,” demikian teman saya mulai bercerita, “Ketika aku datang padanya untuk meminta didoakan agar bisa melanjutkan kuliah, menelepon salah satu temannya. Di hadapanku, Paman bicara tentang hal-hal yang tak sepenuhnya aku mengerti. Tetapi ketika ia menutup telepon dan tersenyum, ia mengatakan bahwa aku bisa melanjutkan pendidikanku dan berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang dikelola temannya: Gratis! Dan paman akan menanggung semua biaya hidupku selama kuliah!

***

Sejak saat itu, saya mendapatkan keyakinan baru tentang doa. Seketika saya berubah menjadi seseorang yang menitipkan harapan dan keinginan-keinginan saya pada doa-doa. Dan kapanpun saya merasa ragu bahwa doa saya bisa dikabulkan, karena saya tahu saya bukan seorang yang baik apalagi salih, saya akan meminta bantuan siapapun untuk turut mendoakan saya. 

Mungkin saya tak hendak memaksa Tuhan dengan meminta orang lain mendoakan saya. Tidak seperti teman saya tadi, saya bukan orang baik yang berhak melakukan itu. Tapi saya memercayai keyakinan teman saya: Langit tak akan sanggup menangkal doa yang diantarkan 40 orang kepadanya. Doa itu akan sampai di hadapan Tuhan, dan hanya soal waktu untuk menunggunya dikabulkan. 

Itulah sebabnya, jika mengharapkan sesuatu terjadi dalam hidup saya, keinginan-keinginan yang saya pikir tak mungkin bisa saya wujudkan tanpa campur tangan Tuhan, saya akan meminta orang lain di sekeliling saya untuk turut mendoakan saya. Dari sekian banyak orang yang saya minta doanya—orangtua, kerabat, teman, sahabat—saya tak pernah benar-benar tahu doa siapa sebenarnya yang akan dikabulkan. Tetapi biarkanlah doa-doa itu bergerak, mengarak dirinya sendiri, menggedor pintu langit dan menemui Tuhan Yang Maha Mengabulkan Doa-doa.

***

Kini, saya memiliki sebuah doa yang benar-benar saya inginkan Tuhan mengabulkannya. Saya datangi orang tua saya, kerabat-kerabat saya, sahabat-sahabat saya, teman-teman saya, untuk meminta mereka mendoakan saya. Dan melalui tulisan ini, saya mendatangi kalian untuk membantu saya: Doakan apa saya yang baik untuk saya, maka saya pun dengan senang hati selalu mendoakan segala yang baik untuk kalian. 

Semoga Tuhan mengabulkannya. :)

2 komentar: