Bogor Jawa Barat

Institute Pertanian Bogor.

Universitas Negeri Yogyakarta

Fakultas Tekhnik.

SMECDA

Kementrian Koperasi dan UKM Jakarta.

BPU UPI

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Sabtu, 30 Juni 2012

Membangun Loyalitas dengan Mengoptimalkan Pengalaman Konsumen



Semakin mapannya suatu perusahaan, perusahaan akan mulai melihat pentingnya membina hubungan dengan pelanggan dan mulai memperhatikan perbaikan pelayanan kepada pelanggan. Perusahaan mulai menyadari bahwa produk-produk unggulan mereka dapat menjadi suatu komoditas kapanpun apabila tidak ada nilai tambah yang dapat ditawarkan kepada pelanggan. Tekanan inilah yang mendorong perusahaan untuk semakin fokus kepada pelanggan melalui customer relationship management maupun perbaikan pelayanan.

Berbagai inisiatif dilakukan untuk membangun loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan sangat penting karena semakin lama biaya akuisisi pelanggan semakin mahal. Semakin banyaknya kompetitor dan munculnya berbagai media baru untuk menjangkau pelanggan menambah rumit proses akuisisi ini. Apalagi saat produk yang dijual sudah menjadi komoditas, loyalitas pelanggan menjadi lebih penting karena dapat menjadi senjata dalam pemasaran dan menjadi duta bagi perusahaan.

Dengan tujuan untuk menjadi lebih dekat dengan pelanggan, beberapa perusahaan mengembangkan sistem customer relationship management yang canggih. Mereka menyusun database pelanggan dengan data-data yang lengkap, baik data demografis maupun psikografis, agar dapat memberikan penawaran yang tepat sesuai segmen pelanggan. Mereka juga melakukan penghitungan tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk maupun pelayanan yang diberikan. Berbagai tools dan teknologi digunakan untuk membentuk perusahaan menjadi suatu perusahaan yang fokus kepada pelanggan.

Perusahaan lain melakukan pendekatan yang berbeda, mulai dari memperkuat brand, memperbaiki pelayanan, sampai meningkatkan kualitas produk. Bentuk karakter brand produk dan perusahaan yang merefleksikan pelanggan Anda, dan pelanggan akan menjadi loyal. Pergunakan anggaran pemasaran Anda untuk program-program promosi untuk pelanggan, dan pelanggan akan menjadi loyal. Tingkatkan pelayanan kepada pelanggan, dan pelanggan akan menjadi loyal. Perkuat proses pengendalian kualitas produk Anda, dan pelanggan akan menjadi loyal. Singkatnya, berbagai upaya dilakukan perusahaan untuk mendapatkan loyalitas dari pelanggan.

Namun apakah inisiatif-inisiatif ini efektif?

Sistem customer relationship management membantu perusahaan untuk memberikan pengalaman yang konsisten dan sesuai dengan harapan pelanggan pada setiap interaksi yang terjadi. Karakter brand yang mencerminkan karakter pelanggan membentuk ikatan emosional antara pelanggan dengan brand. Sedang pelayanan kepada pelanggan menciptakan pengalaman yang unik kepada pelanggan sehingga ia merasa dihargai. Dan sistem pengendalian kualitas yang baik akan mengurangi resiko pelanggan mengalami kegagalan produk. Benang merah dari seluruh inisiatif ini adalah semua memiliki dampak terhadap pengalaman pelanggan dalam menggunakan jasa dan produk perusahaan.

Jadi, pelanggan menjadi loyal karena pengalaman-pengalaman yang mereka dapatkan sebagai hasil dari inisiatif-inisiatif tersebut. Pengalaman positif membentuk suatu ikatan emosional kepada suatu produk atau jasa dari suatu perusahaan, dan ikatan emosional inilah yang akhirnya membentuk loyalitas pelanggan.

Pengalaman yang dapat membentuk loyalitas ini dibentuk oleh berbagai interaksi antara pelanggan dengan produk atau jasa maupun dengan perusahaan sendiri. Dan interaksi yang paling penting dalam membentuk loyalitas adalah interaksi saat penggunaan produk atau penerimaan jasa. Produk atau jasa inilah yang menjadi interaksi yang paling bernilai karena melalui produk dan jasalah pelanggan mengevaluasi apakah perusahaan memenuhi janjinya atau tidak.



Merancang pengalaman pelanggan

Pertanyaan utama yang pasti muncul adalah, ‘Apakah pengalaman pelanggan dapat dirancang?’ Pengalaman bersifat personal dan emosional, serta merupakan persepsi subjektif yang bisa berubah-ubah setiap waktu. Namun, bukanlah hal yang mustahil untuk merancang pengalaman pelanggan. Bahkan, setiap perancangan produk tentunya mempertimbangkan pengalaman akan akan dilalui penggunanya.

Jesse J. Garret, dalam bukunya The Elements of User Experience, menciptakan suatu model yang menerangkan mengenai elemen-elemen dari pengalaman pelanggan. Dalam modelnya tersebut, Garret membagi pengalaman pelanggan menjadi lima elemen dalam spectrum abstrak sampai konkrit. Kelima elemen tersebut adalah:
Strategy, layer yang paling abstrak, yang menggambarkan tujuan produk, baik tujuan penggunaan produk maupun tujuan bisnis dari produk tersebut
Scope, adalah seluruh fitur dari produk untuk mencapai tujuan produk
Structure, adalah struktur fungsional dimana pengalaman pelanggan akan terbentuk
Skeleton, menjadi bentuk konkrit dari pengalaman yang ingin dibentuk saat pelanggan berinteraksi dengan produk
Surface, layer yang paling konkrit yang terbentuk dari elemen-elemen sensoris yang memberikan pengalaman pada pelanggan

Strategy menjadi dasar dari setiap pengalaman pelanggan, dan keberhasilan pengalaman yang dirancang bergantung pada keseimbangan strategi dalam memenuhi tujuan bisnis dari produk dan tujuan penggunaan produk dan harapan pelanggan. Terpenuhinya kebutuhan pelanggan terhadap produk merupakan elemen penting dalam membangun loyalitas pelanggan. Namun di lain sisi, produk juga perlu memenuhi tujuan bisnis dari perusahaan.

Kebutuhan pelanggan akan produk mencakup seluruh harapan dan tujuan pelanggan saat menggunakan dan berinteraksi dengan produk kita. Kebutuhan ini umumnya bersifat nyata atau konkrit, namun terkadang bisa juga bersifat emosional dan tidak nyata. Misalnya saja, pengguna mobil menggunakan mobil sebagai alat transportasi, sehingga tujuan utama dari penggunaan mobil adalah untuk mendukung mobilitas pengguna. Namun, sebenarnya banyak alat transportasi lain yang dapat digunakan, karena itu tujuan mobil meningkat menjadi alat transportasi yang nyaman. Bahkan tidak hanya sampai di situ, beberapa pengguna memilih mobil untuk merepresentasikan juga karakternya, sehingga mobil tidak hanya menjadi alat transportasi yang nyaman namun juga harus memiliki model yang sesuai dengan karakternya.

Selain keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, keberhasilan suatu produk juga harus diukur dari pencapaian terhadap tujuan bisnis dari produk tersebut. Apakah produk tersebut diharapkan menjadi sumber pendapatan utama perusahaan, hanya menjadi komplementer, atau perantara untuk menjual produk yang menjadi sumber pendapatan utama. Produk mobil tentunya menjadi sumber pendapatan utama dari perusahaan pembuatnya. Meski perusahaan juga bisa mendapatkan pendapatan dari proses-proses pemeliharaan setelah transaksi. Lain halnya dengan produk printer yang memang tidak dijual untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diharapkan didapat dari penjualan tinta printer tersebut.



Scope harus mencakup seluruh fitur fungsional dan informatif dari sebuah produk untuk mencapai tujuan produk yang didefinisikan di strategy. Fitur fungsional merepresentasikan apa saja yang dapat dilakukan oleh pengguna dengan produk tersebut. Sedangkan fitur informatif merepresentasikan informasi apa saja yang akan dikomunikasikan oleh produk kepada pengguna.

Yang dimaksud dengan fitur fungsional bukanlah spesifikasi-spesifikasi teknikal dari suatu produk namun lebih sederhana yaitu apa yang dapat dilakukan oleh produk tersebut. Misalnya fitur fungsional dari mobil adalah dapat menampung lima orang penumpang, penggunaan bahan bakar yang efisien dalam kondisi macet, posisi tempat duduk yang dapat disesuaikan dengan penumpang, dan sebagainya untuk mencapai tujuan produk memberikan alat transportasi yang nyaman bagi pengguna.

Kemudian produk juga perlu memenuhi fitur informatifnya kepada pengguna. Fitur informatif ini bisa berupa teks maupun berbagai indikator yang memberikan informasi kepada pengguna. Fitur informatif dari sebuah mobil misalnya informasi kecepatan, informasi status bahan bakar, dan indikator-indikator yang memberikan dan informasi lain yang menyatakan bahwa mobil dapat berjalan dengan normal.



Structure menjadi layer dimana pengalaman pengguna mulai terbentuk. Structure mencakup rancangan interaksi dan struktur informasi yang menjadi elemen penting dalam membangun loyalitas. Dalam merancang interaksi, diperlukan pemetaan terhadap alur kegiatan yang dilakukan oleh pelanggan maupun pengguna produk dalam interaksi dengan produk. Sedangkan untuk merancang struktur informasi, perusahaan perlu mengatur dan mengelompokkan informasi-informasi yang akan disampaikan produk sehingga mudah untuk dimengerti pengguna. Menyusun structure, baik rancangan interaksi maupun struktur informasi, bukanlah suatu tahap yang mudah karena diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai psikologi dari pengguna produk.

Untuk membuat rancangan interaksi, kita perlu terlebih dahulu memahami bagaimana pengguna menggunakan produk kita. Dengan memahami kegiatan yang dilakukan oleh pengguna saat menggunakan produk kita, kita dapat menyusun interaksi yang sesuai untuk setiap tahapan kegiatan tersebut, bahkan kita bisa memprediksikan apa yang dibutuhkan pengguna sebelum mereka memintanya. Kembali kepada contoh produk mobil, untuk keamanan, sebelum menggunakan mobil pengguna akan mengatur posisi kursi dan posisi spion. Apa fitur dan fungsi yang diperlukan untuk memudahkan interaksi tersebut? Selain itu, terkadang pengguna memiliki banyak barang yang perlu dibawa sehingga perlu memasukkan ke bagasi. Bagaimana membentuk interaksi yang nyaman saat pengguna memasukkan barang ke bagasi? Dan masih banyak interaksi lain yang terjadi selama penggunaan mobil.

Struktur informasi yang baik adalah struktur informasi yang membuat pengguna menjadi familiar dengan produk yang ia gunakan. Hal ini membentuk ikatan emosional yang positif dan membuat pengguna tidak keberatan apabila harus menghabiskan waktu lebih lama dengan produk kita.



Skeleton mendefinisikan aplikasi-aplikasi yang diperlukan untuk membentuk pengalaman pengguna sesuai dengan structure yang telah disusun. Sama halnya dengan structure, aplikasi ini dapat berupa aplikasi langsung yang mendukung interaksi pengguna dengan produk, maupun aplikasi yang bersifat informatif yaitu aplikasi yang berfungsi memberikan navigasi saat pengguna menggunakan produk.

Aplikasi langsung untuk mendukung interaksi pengguna misalnya rancangan antarmuka produk atau tombol-tombol untuk membantu proses interaksi. Misalnya, untuk mengatur posisi duduk dalam mobil, terdapat tombol untuk menegakkan posisi duduk, untuk mengatur spion terdapat tombol pengaturan spion, untuk membuka bagasi terdapat kunci untuk membuka bagasi, dan sebagainya.

Sedangkan aplikasi yang bersifat navigasi merupakan elemen-elemen yang memfasilitasi pengguna untuk mendapatkan informasi bagaimana melakukan interaksi dengan produk secara mudah dan nyaman. Navigasi yang baik harus dapat memenuhi dua tujuan utama, yaitu mengkomunikasikan alternatif-alternatif yang ada kepada pengguna, serta membantu pengguna untuk menggunakan produk sesuai dengan alternatif yang dia pilih.



Surface, yang merupakan bentuk konkrit dari perancangan produk, mencakup perancangan elemen-elemen yang dapat dirasakan oleh panca indera. Elemen tersebut meliputi rancangan visual, seperti warna mobil, model mobil; suara, seperti suara mesin, bunyi alarm mobil; dan sentuhan, seperti material untuk pegangan pintu mobil.

Seringnya surface ini menjadi pertimbangan utama saat perusahaan melakukan perancangan produk dengan hanya fokus pada faktor estetika, padahal semestinya desain sensoris dari suatu produk perlu juga mempertimbangkan elemen-elemen lain dalam pengalaman pengguna yang sudah ditentukan sebelumnya. Meski keputusan mengenai alur kegiatan pengguna, aplikasi dan informasi yang dibutuhkan untuk memfasilitasi kegiatan tersebut telah diputuskan dengan hati-hati, seluruh keputusan tersebut akan sia-sia apabila rancangan sensoris produk tidak mempertimbangkan seluruh keputusan tersebut dengan cermat.

Namun, bagaimanapun rancangan sensoris akan tetap memiliki dampak yang cukup kuat terhadap loyalitas pelanggan. Rancangan sensoris dapat mempengaruhi emosi manusia, dan emosi inilah yang dapat mempengaruhi penilaian pengguna terhadap produk.

Loyalitas pelanggan dapat terbentuk apabila pelanggan merasakan kenyamanan dalam hubungannya dengan perusahaan. Sama halnya seperti orang yang ingin menghabiskan waktu dengan orang lain yang dapat membuatnya merasa nyaman, pelanggan juga menginginkan kenyamanan bersama dengan perusahaan kita. Dan produk atau jasa kita merupakan representasi dari perusahaan yang secara langsung dapat dirasakan oleh pelanggan. Jadi, untuk pelanggan dapat merasakan hubungan dan ikatan emosional yang positif, perusahaan perlu fokus dalam meningkatkan pengalaman positif pelanggan bersama dengan produk atau jasa yang kita tawarkan.


Sumber : Marketeers, Oktober 2011, www.the-marketeers.com

BRISyariah Tunjukkan Model Pembiayaan Mikro Syariah



BRISyariah mengajak perserta Developing 8 (D8) Workshop on Islamic Finance berkunjung ke Pabrik Kerupuk Pajar di Bantar Gebang, Bekasi (12/11). Pabrik Kerupuk Pajar adalah nasabah dari Mikro BRISyariah iB yang dinilai cukup berhasil, karena itu BRISyariah sebagai co-host workshop ini, merasa perlu menunjukkan secara kongkrit model pembiayaan mikro yang telah dilakukannya pada para peserta workshop. Acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan workshop yang berlangsung dari tanggal 10 – 12 November dan mengusung tema The Role of Islamic Microfinance in Economic Prosperity and Community Empowerment. Serta, diikuti oleh delapan negara yaitu Indonesia, Bangladesh, Mesir, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan dan Turki. Kelompok ini dikenal dengan D8 yaitu delapan negara berkembang yang membentuk kelompok pengembangan ekonomi.

Pabrik Kerupuk Pajar dikenal sebagai nasabah yang lancar dan telah dua kali mengajukan pembiayaan di tahun ini. Pembiayaan pertama diajukan dengan plafon 100 juta sedangkan pembiayaan yang kedua dengan plafon 150 juta, keduanya selama 12 bulan. Rata-rata dalam sehari Pajar menjual 30.000 keping kerupuk. Dalam sebulan pabrik ini memiliki omset rata-rata Rp.270 juta per bulan dengan gross profit margin (GPM) 33,33%. Area pemasaran usaha kerupuk ini berkisar di Bekasi, Bantar Gebang, Cibubur, Tambun dan sekitarnya. Dari hasil usaha ini, Haji Pendi pemilik Pabrik Kerupuk Pajar sudah memiliki aset berupa pabrik, rumah tinggal baik di Bekasi dan Ciamis.

Mikro BRISyariah iB merupakan salah satu bisnis yang menjadi tumpuan PT. Bank BRISyariah. Hingga tahun 2011 ini jumlah Usaha Mikro Syariah (UMS) mencapai 155 unit dengan total area sebanyak 36 area yang melayani di hampir seluruh propinsi di Indonesia. Group Head Micro Banking BRISyariah, Sigit Suryawan, menjelaskan bahwa portofolio pembiayaan yang telah disalurkan kepada nasabah mikro pada tahun ini akan menginjak di angka Rp 1,2 Triliun dan naik sebesar 176% dari tahun sebelumnya. Produk Mikro BRISyariah iB terdiri dari tiga kategori yaitu, Mikro 25 iB dengan plafon batas mulai Rp 5 juta sampai dengan Rp 25 juta tanpa jaminan, Mikro 75 iB dengan plafon batas mulai Rp 5 juta sampai dengan Rp 75 juta dengan agunan, dan Mikro 500 iB dengan plafon batas lebih dari Rp 75 juta sampai dengan Rp 500 juta. Ketiga kategori tersebut dilakukan dengan skema jual beli (murabahah). Pembiayaan Mikro BRISyariah iB adalah bentuk nyata penyaluran dana untuk pengembangan sektor riil bagi kemajuan usaha mandiri masyarakat Indonesia.


Sumber : Cendra, Desember 2011, www.the-marketeers.com
 

Tiga Komponen Brand Story


Siapa yang tidak senang dengan cerita. Sejak kecil, mungkin, kita sudah terbiasa disuguhi aneka cerita. Dan, cerita itu kebanyakan masih “nyangkut” di memori kita. Dongeng-dongeng di masa kecil masih terngiang di benak kita. Sebab itu, tak jarang, banyak merek yang sekarang ini mengomunikasikan dirinya dengan cerita—agar mereknya selalu terngiang di benak pelanggan. Cerita ini dikemas sedemikian rupa dalam bentuk iklan serial, film, dan sebagainya. Cerita lebih disukai karena melibatkan emosi penonton, pembaca, maupun pendengar. Karena menyentuh emosi, cerita ini tidak cepat lekang dari ingatan mereka. Tulisan ini merupakan adaptasi dari kultwit yang dilakukan oleh @the_marketeers pada Sabtu, 15 Januari 2011.

Cerita menurut Robert McKee—seorang penulis skenario—menjadi salah satu cara untuk menyakinkan orang. Ini cocok sekali dengan strategi marketing dalam merebut kepercayaan konsumen. Sudah banyak pelaku bisnis yang menggunakan model berkisah ini dalam memperkenalkan produknya. Steve Jobs, misalnya, menjadi salah satu pebisnis yang doyan bercerita seputar produk-produk teranyar buatan Apple (bdk. Marketing 3.0—2010). Bahkan, boleh dibilang Steve Jobs merupakan salah satu kampiun storyteller dalam bisnis. Hal ini bisa kita lihat pada kampanye Jobs atas produk-produk Apple—dari iPod, iPhone, sampai iPad.

Menurut Doglas B.Holt dalam buku “How Brands Become Icons: The Principles of Cultural Branding”, sebuah merek bisa eksis bila bisa menjadi cultural brand—merek yang dididentifikasikan dengan pergerakan budaya. Ada tiga komponen utama dalam sebuah cerita merek ini, yakni karakter, plot, dan metafora. Persis seperti halnya cerita biasa lainnya.
Bagi Holt, merek memiliki karakter yang hebat ketika ia mampu menjadi simbol pergerakan yang bertujuan untuk menjawab aneka problem sosial dan mengubah kehidupan banyak orang. The Body Shop, misalnya, sebagai simbol aktvitas sosial. Walt Disney sebagai simbol keluarga ideal. Wikipedia sebagai simbol kolaborasi. eBay sebagai simbol kekuasaan pengguna.

Agar karakter ini bisa hidup di tengah masyarakat, butuh plot. Ada tiga jenis plot yang bisa digunakan untuk membuat brand story, yakni challenge, connection, dan creativity. Dalam plot challenge, sebuah merek diposisikan sebagai seorang tokoh cerita yang lemah tapi berani melawan kekuatan besar demi memperjuangkan nilai-nilai. The Body Shop, misalnya, membuat kisah tentang petani di negara berkembang yang memperjuangkan perdagangan yang adil.Ada lagi plot connection yang menghubungankan banyak orang tanpa membedakan status, gender, kebangsaan, dan sebagainya. Contoh paling gamblang adalah Facebook. Lalu, ada plot creativity, yang mengusung merek sebagai pemecahan persoalan dengan cara gemilang.

Nah, tidak semua kisah dengan gampang dimengerti oleh orang yang mendengar, membaca, maupun menontonnya. Sebab itu, cerita membutuhkan perumpamaan atau metafora.

Siapkah merek Anda menjadi sebuah kisah yang selalu diingat oleh pelanggan?


Blog Masih Berpengaruh Besar Pada Pembelian


Di tengah euforia media sosial seperti Twitter dan Facebook, blog maupun aktivitas blogging dinilai menyurut oleh beberapa kalangan. Namun, banyak yang mengatakan blog tidak bakalan mati. Blog tetap hadir sebagai bagian dari komunikasi kontemporer yang mengusung kedalaman, ketimbang media sosial yang lebih mengusung informasi singkat dan patah-patah. Blog pun diklaim memiliki peran besar dalam rekomendasi dan keputusan pembelian konsumen pada sebuah produk.

Bloger atau yang juga disebut narablog, dari yang sekadar hobi sampai yang profesional, banyak yang menulis tentang sebuah merek. Ada blog yang khusus didedikasikan untuk review produk-produk baru merek tertentu. Ada juga blog yang menjadi media baru bagi konsumen untuk menumpahkan kekecewaan atas produk maupun layanan tertentu. Tidak sedikit orang yang ingin membeli produk melakukan blogwalking untuk mencari informasi produk tersebut di blog. Tak jarang pula, keputusan pembelian dipengaruhi oleh konten blog-blog tersebut. Ada juga blogger yang akhirnya direkrut oleh pemilik merek dan ditugasi untuk menulis review produk-produk keluaran teranyar.

Menurut laporan dari Technorati berjudul “State of the Blogosphere 2011″ yang dikutip situs eMarketer, sebanyak 38 persen blogger mem-posting tulisan tentang merek yang mereka sukai maupun benci dan 34 persen menulis tentang review produk maupun layanan. Sementara, blogger full-time maupun setengah profesional lebih fokus menulis tentang produk sebagai sumber penghasilan mereka.

Technorati melihat pengaruh blogger pada pembaca maupun blogger yang lain cukup besar. Pada tahun lalu, Technorati melaporkan 29 persen blogger dipengaruhi oleh blogger lain melalui konten blog mereka. Pada tahun ini, angka ini melonjak menjadi 68 persen.

Sebab itu, saat blogger mempunyai pengaruh kuat pada merek, relasi antara blogger dan pemilik merek saat ini menjadi sesuatu yang penting dan kudu dikelola dengan baik. Banyak blogger mempunyai hubungan yang baik dengan perwakilan merek. Hampir setengah dari semua blogger (49 persen) mempunyai relasi interaktif dengan para perwakilan merek dan mendapatkan hal positif. Hanya 3 persen yang merasa tidak mendapatkan sesuatu dari relasi tersebut. Sementara, 40 persen blogger merasa tidak mengatahui bagaimana sebaiknya melakukan interaksi dengan perwakilan merek.


Sumber : Sigit Kurniawan, November 2011, www.the-marketeers.com

Proposal Business





FORMAT BUSINESS PLAN
(FORMAT RENCANA USAHA)


 FORMAT PROPOSAL TERTULIS

1.   COVER DEPAN

1.1    Gambar dan Design menarik
         Gambar dan design cover depan proposal harus dapat mewakilkan jenis dan karakter dari usaha yang tercerminkan dari design dan warna yang sesuai.
1.2    Logo / Lambang Usaha
         Digunakan untuk mempermudah dan membedakan usaha kita di mata konsumen dalam mengingatkan usaha kita dibandingkan dengan pesaing dan nama usaha yang sama.
1.3    Informatif ( nama, alamat, contact no )
         Berisi  informasi nama usaha, domisili / alamat tempat usaha serta nomor telepon yang dapat dihubungi apabila calon investor ataupun konsumen ingin menghubungi.

2.   PENDAHULUAN

2.1    Sejarah  Berdirinya Usaha
         Sejarah berdirinya usaha menggambarkan  kepada calon investor dasar atau landasan usaha ini berdiri apakah cukup kuat secara pengalaman dan keutuhan individu yang terlibat didalamnya.       
2.2    Visi & Misi Usaha
         Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai usaha dalam jangka panjang  (What to Be? )
         Misi merupakan cara-cara yang digunakan usaha dalam mencapai visi usaha (How to Be ?). Misi dapat berupa pernyataan kalimat atau kata yang mengingatkan pelaku usaha untuk bekerja sesuai Misi dalam mencapai Visi.

3.   ASPEK PEMASARAN

3.1       Gambaran Umum Pasar ( STP )
            Segmen Pasar merupakan gambaran umum dari konsumen usaha kita
            Target Pasar merupakan sasaran khusus bagi konsumen potensial dari usaha kita.
            Positioning adalah bagaimana kita menempatkan usaha kita diantara pesaing usaha yang sejenis.
3.2.            Permintaan
·         Perkiraan / prediksi jumlah permintaan konsumen terhadap produk.
·         Proyeksikan permintaan konsumen dalam beberapa periode / tahun mendatang seperti kenaikan x % per tahun sesuai kenaikan jumlah penduduk
Tahun
Perkiraan Permintaan
( dalam Unit )







3.3.            Penawaran
·                     Penawaran dari produk pesaing sejenis di pasar
Nama Perusahaan
Pesaing
Kapasitas Produksi / Tahun
( dalam Unit )







·         Proyeksi penawaran dalam beberapa periode / tahun mendatang. Proyeksi penawaran disesuaikan dengan permintaan seperti kenaikan x % per tahun sesuai pertumbuhan ekonomi.
Tahun
Perkiraan Penawaran
( dalam Unit )







3.4.            Rencana Penjualan dan Pangsa Pasar

Rencana Penjualan adalah rencana produk yang akan dijual dalam waktu 1 tahun disesuaikan dengan kondisi permintaan dan penawaran.
Pangsa Pasar adalah  bagian dari penjualan produk kita dibandingkan dengan penjualan total produk sejenis dalam industri

Tahun
Permintaan
(A)
Penawaran
(B)
Peluang
(C = A-B)
Rencana
Penjualan
Pangsa Pasar
(E = DX100% / C)


















3.5.            Strategi Pemasaran Perusahaan dan Pesaing
Strategi Pemasaran Perusahaan dilakukan berdasarkan analisa 7 P dengan alat analisis SWOT menurut Kottler yang terdiri atas :
3.5.1.      Product
Strategi mengenai bagaimana produk usaha kita dapat menarik hati konsumen untuk membelinya. Produk usaha kita dapat dibedakan berdasarkan mutu / kualitas, ukuran, desain, kemasan, dan kegunaan lebih dibandingkan pesaing.
3.5.2.      Price
Strategi mengenai bagaimana produk kita lebih menarik konsumen dari segi harga dibandingkan pesaing. Umumnya konsumen lebih tertarik kepada produk dengan harga yang lebih murah. Selainnya itu dari segi harga, kita dapat membedakan produk kita berdasarkan harga satuan dan harga grosir, syarat pembayaran, diskon/potongan harga,
3.5.3.      Promotion
Strategi mengenai bagaimana produk kita dapat dikenal oleh konsumen melalui beberapa cara :
·         Advertising (Iklan)
Beriklan dapat dilakukan melalui media berikut :
-          Media Cetak : Brosur, spanduk, poster, iklan majalah/koran.
-          Media TV dan Radio : Iklan TV, Jingle Iklan Radio
·         Sales Promotion
Promosi melalui acara / pameran yang digelar di tempat keramaian dimana konsumen produk berada dan juga dilakukan penjualan ditempat.
·         Personal Selling
Promosi melalui penjualan langsung ke tempat konsumen berada dengan menawarkan dan mencoba produk langsung.
·         Public Relation
Cara promosi ini cenderung untuk membuat image perusahaan baik dimata konsumen bukan mempromosikan produk secara langsung. Umumnya dilakukan oleh perusahaan besar.
3.5.4.      Placement
Merupakan cara untuk mendistribusikan produk kita untuk sampai ke tangan konsumen. Sistem distribusi yang dilakukan dapat secara langsung ke konsumen atau melalui pedagang perantara seperti wholesaler   (pedagang besar) atau retailer (pedagang kecil).
3.5.5.      People
Merupakan kriteria sumber daya manusia secara umum yang dapat meningkatkan penjualan produk ke konsumen secara langsung ataupun tidak langsung.
3.5.6.      Process
Proses yang ditampilkan kepada konsumen agar konsumen tertarik untuk membeli. Proses yang dapat ditampilkan seperti proses produksi yang baik ataupun proses pelayanan terhadap konsumen.
3.5.7.      Physical Evidence
Penampilan fisik dari fasilitas pendukung atau sarana dalam menjual produk yang dapat dilihat langsung oleh konsumen. Seperti tempat yang menarik dan bersih untuk restoran.
            Note :
·               Semua strategi pemasaran yang dibuat berdasarkan 7 P diatas haruslah dibandingkan dengan strategi pemasaran yang diterapkan oleh pesaing. Strategi pemasaran yang kita buat harus berbeda dan lebih unggul dalam menarik konsumen.
·               Semua strategi pemasaran yang dibuat pastilah mempunyai anggaran / biaya sehingga perlu dicatat biaya yang  dikeluarkan per bagian P.

4.    ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN

4.1       Aspek Organisasi
·               Nama Perusahaan / Usaha
·               Nama Pemilik / Pimpinan
·               Alamat kantor dan tempat usaha
·               Bentuk Badan Hukum ( Kalo berbentuk Badan Hukum )
·               Struktur Organisasi
·               Jabatan, Jumlah staf, Uraian Tugas, dan Penggajian


Jabatan

Uraian Tugas
(A)
Jumlah
(B)
Gaji / Bulan
(C)
Total
(BxC)
Pimpinan




1. Direksi




Staf




1. Bag. Pemasaran




2. Bag. Produksi




3. Bag. Keuangan




Total Gaji / Bulan


4.2.      Perijinan
            Perijinan yang perlu disiapkan sebelum usaha dimulai dan disertai dengan biaya pengurusannya. Apabila usaha kita tidak berbentuk badan hukum maka perijinan tidak kompleks tetapi hanya perlu perijinan dari wilayah sekitarnya (paling tidak sampai ijin kecamatan / kelurahan ) disertai keterangan dari pihak RT / RW dimana usaha kita berada.
            Sedangkan bila usaha kita akan berbentuk badan hukum maka perijinan yang diperlukan adalah : ijin prinsip (dari instansi terkait), SITU (Surat Ijin Tempat Usaha), TDP ( Tanda Daftar Perusahaan), Akta Pendirian Perusahaan, dll.  Semua biaya diatas berkisar antara 5-7 jt untuk berbentuk PT (Perseroan Terbatas) tergantung wilayah usaha dan dikerjakan semuanya oleh NOTARIS.

4.3    Kegiatan Pra Operasi dan Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan sebelum usaha dimulai disertai dengan jadwal pelaksanaan yang diatur berdasarkan periode tertentu ( mingguan atau bulanan ).

KEGIATAN
JADWAL PELAKSANAAN
( Dalam Mingguan )
1
2
3
4
1. Survey Pasar




2. Menyusun Rencana Usaha




3. Perijinan




4. Survai tempat usaha




5. Survai Mesin / Peralatan




6. Pemasangan Sarana Penunjang




7. Mencari tempat kerja




8. Uji Coba Produksi




9. Operasional





4.4    Inventaris Kantor dan Supply Kantor
         Inventaris kantor untuk barang yang umur produknya lebih dari 1 tahun.
Inventaris / Perangkat Kerja
Merk
Jumlah unit
Harga
Jumlah harga





Total Inventaris Kantor


Supply Kantor merupakan biaya untuk menunjang kegiatan administrasi seperti ATK Alat Tulis Kantor ( umur ekonomis 1 tahun atau kurang )


Jenis Biaya Supply Kantor
Total Biaya per Tahun


Total Supply Kantor


5.    ASPEK PRODUKSI
5.1.      Produk
Perencanaan yang perlu dilakukan menyangkut produk (output), terutama pada usaha manufaktur dan industri pengolahan adalah:
A.  Dimensi Produk
Dimensi produk berkenaan dengan sifat dan ciri-ciri produk yang meliputi bentuk, ukuran, warna serta fungsinya.
B.   Nilai/Manfaat Produk
Manfaat yang dapat ditawarkan oleh produk dapat dibagi dalam 5 tingkatan, yaitu:
-       Manfaat inti (core benefit): adalah manfaat yang diberikan untuk pemenuhan terhadap kebutuhan utama konsumen, misalnya kebutuhan berbicara jarak jauh.
-       Manfaat dasar (basic benefit): adalah manfaat dasar yang diberikan untuk memecahkan masalah kebutuhan utama, misalnya telepon.
-       Manfaat yang diharapkan (expected benefit): adalah manfaat yang diharapkan lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan dasar, misalnya telepon yang dapat dibawa-bawa (HP).
-       Manfaat di atas harapan (augmented benefit): adalah manfaat yang dapat diberikan lebih dari yang diharapankan oleh konsumen, misalnya HP yang dapat digunakan untuk SMS.
-       Manfaat potensial (potential benefit): adalah semua manfaat yang mungkin dapat diberikan lebih dari sekedar augmented benefit, misalnya HP yang dapat digunakan sebagai lampu senter, kamera, video recorder, video calling, fax, internet, dsb.

C.   Kegunaan/Fungsi Produk
-          Produk konsumsi, yaitu produk yang dibeli dan digunakan oleh konsumen akhir (pemakai akhir); meliputi:
§  Convenience goods, yaitu produk yang dibutuhkan sehari-hari dan mudah didapat, misalnya beras, gula, teh, permen, dll.
§  Shopping goods, yaitu produk-produk yang dibedakan oleh kon-sumen berdasarkan kualitas, harga, tren, dan gaya. Contohnya adalah baju, telepon seluler, mobil, dsb.
§  Specialty goods, yaitu produk yang mempunyai karakteristik unik dan mempunyai merek yang sudah terkenal; misalnya mobil mewah, jam tangan mewah, dsb.
§  Unsought goods, adalah produk yang kurang dikenal atau dike-tahui umum tetapi kurang diminati, misalnya asuransi
-          Produk industri, yaitu produk yang biasa dibeli oleh pelaku usaha produksi lainnya. Biasa dikenal dalam B to B (business to business). Dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
·      Bahan baku dan suku cadang: merupakan bahan mentah yang akan diproses lebih lanjut.
·      Barang modal: yaitu barang-barang yang berumur lebih dari 1 tahun dan tidak untuk dijual belikan.
·      Perlengkapan dan jasa bisnis, yaitu produk tidak tahan lama yang membantu operasional perusahaan.
5.2.      Proses Produksi
Perencanaan proses produksi pada dasarnya menjelaskan tahapan-tahapan proses yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau output yang dimaksud. Bentuk proses biasa digambarkan dalam lembaran skema atau diagram alur yang disertai dengan keterangan deskriptif.
5.3.      Kapasitas Produksi
Perencanaan kapasitas produksi dilakukan untuk semua mesin, peralatan, dan faktor produksi lainnya sesuai dengan rencana jumlah produk akhir yang akan dihasilkan. Dengan sendirinya, kapasitas produksi sampai dengan tingkatan yang rinci semuanya akan mengacu pada hasil dari perhitungan peluang pasar atas produk yang bersangkutan. Kapasitas produksi biasa dinyatakan dalam unit per periode waktu tertentu (tahun, bulan, minggu, hari, atau jam). Untuk perencanaan strategis, proyeksi kapasitas dilakukan dalam jangka minimal 3 tahun ke depan, sesuai dengan rencana produksinya.

Tahun
Rencana produksi (dalam unit)







5.4.     Tanah dan Bangunan
Perencanaan tanah dan bangunan berkaitan dengan lokasi untuk kan-tor, tempat usaha, pabrik, gudang, tempat parkir, dll. Untuk keperluan perhitungan kelayakan finansial usaha, maka perlu diperhitungkan ukuran, harga beli atau sewanya.
5.5.     Pemasangan Sarana Penunjang
Instalasi sarana penunjang berkaitan dengan tata letak (lay-out) yang termasuk dalam anggaran investasi. Pemasangan sarana penunjang ini meliputi listrik, air, telepon, internet, dan lain-lain.
Jenis Biaya
Jumlah Biaya
1.       Pemasangan instalasi listrik

2.       Pemasangan instalasi air (PAM)

3.       Pemasangan instalasi telepon

4.       Pemasangan instalasi internet

5.       Dan lain-lain

Total Biaya Pemasangan Sarana Penunjang :


5.6.      Mesin dan Peralatan
Baik untuk skenario pembelian ataupun sewa, daftar mesin dan peralatan juga harus dirinci sedetail mungkin proyeksinya. Perencanaan ini tetap selalu berkaitan dengan kapasitas dan kompetensi teknis wirausahawan.
Nama Mesin/Peralatan
Merk
Jumlah Unit
Harga
Jumlah Harga
1.                                                            




2.                                                            




3.                                                            




Total Pembelian Mesin/Peralatan





5.7.     Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Nama Bahan Baku
Merk
Jumlah Unit
Harga
Jumlah Harga
1.                                                                            




2.                                                                            




3.




Total Pembelian Bahan Baku




Perencanaan bahan baku dan bahan pembantu merupakan bagian utama untuk perhitungan kebutuhan modal kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suplier, kuantitas, harga beli, persyaratan pembe-lian, ketersediaan, dan persediaan.

5.8.      Tenaga Produksi (Tenaga Kerja Langsung)








Perencanaan tenaga kerja langsung (TKL), juga perlu memperhatikan hal-hal mengenai kualifikasi, tarif upah, jumlah tenaga yang dibu-tuhkan, dan persyaratan kerja.

A.  Sistem Harian:
Jenis Kegiatan
Tarif/Upah per hari
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Hari Kerja/Tahun
Jumlah (Rp.)
1.                                                                                




2.                                                                                




3.




Total Upah Tenaga Produksi Sistem Harian





B.   Sistem Borongan
Jenis Kegiatan
Tarif/Unit
Jumlah Produksi/Tahun
Jumlah Harga Beli
1.                                                                                    



2.                                                                                    



3.                                                                                    



Total Upah Tenaga Produksi Sistem Borongan:




5.9.     Biaya Umum Usaha/Pabrik
Sebagai komponen biaya modal kerja yang terakhir, perlu juga diren-canakan biaya-biaya penunjang (sarana dan prasarana), misalnya seba-gai berikut:


Jenis Biaya Umum Usaha/Pabrik
Jumlah Biaya/Tahun
1.                                    Pemeliharaan mesin dan peralatan

2.                                    Suku cadang, bahan bakar, oli, dsb.

3.                                    Rekening listrik, air, telepon.

4.                                    Pemeliharaan bangunan

Total Biaya Umum Usaha/Pabrik per tahun:


6.    ASPEK KEUANGAN
6.1.     Strategi Sumber Pendanaan Usaha
Salah satu komponen yang mendukung pembangunan nasional ada-ah tersedianya lembaga intermediasi yang mempunyai fungsi meng-impun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya. Lembaga inter-ediasi yang ada dibedakan dalam 3 kategori yakni :
a.    Berbentuk Bank tunduk pada Undang-Undang Pokok Perbankan
b.   Berbentuk Koperasi Simpan Pinjam tunduk pada Undang-Undang Koperasi
c.    Lembaga Keuangan Mikro lainnya yang belum diatur undang-undang
Lembaga keuangan mikro yang membantu mengembangkan iklim wirausaha di Indonesia diatur dalam Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-31/MK/2000 tanggal 5 Mei 2000 tentang Pelaksanaan Program PUKK. Dalam hal ini Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi mengacu kepada Surat Keputusan Menteri Keuangan No.316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 yang menggantikan Surat Keputusan Menteri BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN No. Kep.216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999.
Sumber pendanaan dari Program Pembinaan Usaha Kecil dan Kope-asi (PUKK) berasal dari penyisihan laba BUMN termasuk saldo dana Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) tahun-tahun sebe-umnya yang merupakan sumber pendanaan utama dalam merealisir terwujudnya pemerataan kehidupan perekonomian masyarakat mela-ui kemitraan dengan para pengusaha kecil dan koperasi serta ling-ungan masyarakat sekitarnya.
Pelaksanaan Program Pembinaan Usaha Kecil, Koperasi (PUKK) dan Bina Lingkungan dilaksanakan di dalam lingkup masyarakat yang bertujuan untuk mendorong tercapainya pertumbuhan ekonomi rak-yat, melalui pemerataan di sektor ekonomi dimana anggota masya-rakat golongan pengusaha kecil dan koperasi diberi kesempatan untuk melakukan perluasan usahanya, berdasarkan bantuan pinjaman untuk modal kerja / pinjaman lunak yang berasal dari penyisihan laba BUMN.

 6.2.     Proyeksi Keuangan
Aspek finansial dari proposal bisnis harus dapat memperlihatkan potensi dana yang dimiliki, kebutuhan dana eksternal, perhitungan kelayakan usaha, termasuk di dalamnya 3 perfoema laporan keuangan: neraca, rugi-laba, dan cash flow. Secara ringkas, dapat diberikan format sederhana perhitungan kelayakan usaha secara finansial sebagai berikut:

A.       Sumber Pendanaan
Uraian
Persentase (%)
Jumlah
(a)
(b)
(c = a + b)
1. Modal Sendiri



2. Pinjaman



Jumlah (1+2)



B.        Kebutuhan Pembiayaan/Modal Investasi
Uraian
Banyaknya
Harga/Unit
Jumlah
(1)
(2)
(3 = 1 x 2)
a. Tanah



b. Bangunan



c. Mesin/Peralatan



d. Peralatan Kantor



e. Alat angkut



f. Infrastruktur



g. Biaya pra operasi



Jumlah






C.       Kebutuhan Pembiayaan/Modal Kerja
Uraian
Banyaknya
Harga/Unit
Jumlah
(1)
(2)
(3 = 1 x 2)
a. Bahan Baku



b. Persediaan Bahan



c. Produk dalam proses



d. Piutang



e. Uang Kas



Jumlah




D.       Analisa Biaya Tetap
Uraian
Banyaknya
Harga/Unit
Jumlah
(1)
(3)
(3 = 1 x 2)
a. Gaji



b. Penyusutan



c. Bunga Pinjaman



d. Biaya Pemasaran



e. Biaya Lainnya



Jumlah



E.        Analisa Biaya Tidak Tetap
Uraian
Banyaknya
Harga/Unit
Jumlah
(1)
(2)
(3 = 1 x 2)
a. Upah



b. Biaya Bahan



Jumlah



F.        Proyeksi Aliran Kas Usaha
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
a. Sumber dana (in flow)





b. Penggunaan dana (out flow)





c. Arus kas bersih (net flow = a – b)





d. Keadaan kas awal





e. Keadaan kas akhir (c + d)






 6.3.     Analisa Kelayakan Usaha
Analisis investasi digunakan untuk mengukur nilai uang atau tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan dalam suatu usaha pada masa yang akan datang. Hal ini sangat penting dilakukan sebelum implementasi investasi yang sering mempertaruhkan dana yang sangat besar. Dengan melakukan berbagai macam simulasi tersebut, akan diketahui besarnya faktor-faktor resiko yang akan dihadapi, dan yang mempengaruhi layak atau tidaknya suatu rencana investasi. Beberapa metode analisa yang dapat dipergunakan adalah :


A.   Metode Non-Discounted Cash Flow
Non-Discounted Cash Flow adalah metode pengukuran investasi dengan melihat kekuatan pengembalian modal tanpa mempertimbangkan nilai waktu terhadap uang (time value of money). Metode yang dipergunakan adalah Pay Back Period (PBP) Method, dengan formula umum sbb:

          Total Investasi
Pay Back Period = --------------------------------------- x 1 tahun
Net Income + Depreciation

Metode PBP merupakan alat ukur yang sangat sederhana, mudah dimengerti dan berfungsi sebagai tahapan paling awal bagi penilaian suatu investasi. Model ini umum digunakan untuk pemilihan alter-natif-alternatif usaha yang mempunyai resiko tinggi, karena modal yang telah ditanamkan harus segera dapat diterima kembali secepat mungkin. Kelemahan utama dari metode PBP ini adalah:
·      Tidak dapat menganalisa penghasilan usaha setelah modal kembali.
·      Tidak mempertimbangkan nilai waktu uang

B.    Metode Discounted Cash Flow
Discounted Cash Flow adalah metode pengukuran investasi dengan melihat nilai waktu uang (time value of money) dalam menghitung tingkat pengembalian modal pada masa yang akan datang.
1.    Net Present Value (NPV)
NPV didefinisikan sebagai selisih antara investasi sekarang dengan nilai sekarang (present value) dari proyeksi hasil-hasil bersih masa datang yang diharapkan. Dengan demikian, NPV dapat dirumuskan:

NPV = PV of Benefit – PV of Capital Cost atau karena PV = (C / (1+i)n), maka:
+ Σ
 
Σ
 
               C                               – C
NPV =          -----------                    -----------
            (1 + i)n                      (1 + i)n 
di mana:        i        =   bunga tiap periode
                                                  N      =  periode (tahun, bulan)
                                                  - C    =   modal (capital)
                                                  C       =   hasil bersih (proceed)
Kriteria yang dipergunakan dalam penilaian NPV adalah sbb:
1).   Jika NPV = 0 (nol), maka hasil investasi (return) usaha akan sama dengan tingkat bunga yang dipakai dalam analisis, atau dengan kata lain usaha tidak untung maupun rugi (impas).
2).   Jika NPV = – (negatif), maka investasi tersebut rugi atau hasilnya (return) di bawah tingkat bunga yang dipakai.
3).   Jika NPV = + (positif), maka investasi tersebut mengun-tungkan atau hasilnya (return) melebihi tingkat bunga yang dipakai.

Kelemahan utama dari metode NPV ini adalah bahwa ia tidak menganalisis pemilihan alternatif usaha-usaha dengan jumlah investasi yang berbeda.
2.    Profitability Index (PI)
Metode analisa PI sangat mirip dengan analisa NPV, karena kedu-anya menggunakan komponen perhitungan nilai-nilai sekarang (present value). Perbedaannya adalah bahwa satuan yang dipakai dalam NPV adalah nilai uang, sedangkan dalam PI adalah indeks. Rumus perhitungan PI adalah sebagai berikut:
      PV of Benefit
Profitability Index = ---------------------------
  PV of Capital Cost
Kriteria penilaian investasi dengan menggunakan PI juga mirip dengan NPV, yaitu sebagai berikut:
-Jika PI > 1, maka investasi dikatakan layak
-Jika PI < 1, maka investasi dikatakan tidak layak
-Jika PI = 1, maka investasi dikatakan BEP
3.    Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return didefinisikan sebagai besarnya suku bunga yang menyamakan nilai sekarang (present value) dari investasi de-ngan hasil-hasil bersih yang diharapkan selama usaha berjalan. Patokan yang dipakai sebagai acuan baik tidaknya IRR biasanya adalah suku bunga pinjaman bank yang sedang berlaku, atau suku bunga deposito jika usaha tersebut dibiayai sendiri.
|
 
Perhitungan IRR secara manual cukup kompleks, karena harus menggunakan beberapa kali simulasi atau melakukan pola try and error. Namun demikian, untuk skenario dua nilai NPV yang telah diketahui sebelumnya, IRR dapat dirumuskan sebagai:
|
 
|
 
            NPV1
 IRR = i1 + (i2 – i1) x     ----------------------- x 100%
     (NPV1 – NPV2)
di mana:   NPV1 harus di atas 0 (NPV1 > 0)
                        NPV2 harus di bawah 0 (NPV2 < 0)

6.4.      Analisa Keuntungan
Analisa keuntungan ditujukan terhadap rencana keuntungan (pene-tapan keuntungan) dengan menyesuaikan atau set-up harga dan volu-me penjualan yang dapat diserap oleh pasar dengan mempertimbang-kan kebijaksanaan dari pesaing. Analisa keuntungan ini harus selalu dilakukan dalam atau dengan acuan periode tertentu.
1.    Break Even Point (BEP)
Analisa BEP atau titik impas atau titik pulang pokok adalah suatu metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume penjualan/produksi. Analisa yang juga dikenal dengan isti-lah CPV (Cost-Profit-Volume) ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan minimal yang harus dicapai, di mana pada tingkat terse-but perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.
Dalam analisa BEP, faktor-faktor biaya dibedakan menjadi:
-  Biaya semi variabel, yaitu biaya yang akan ikut berubah jum-lahnya dengan perubahan volume penjualan atau produksi, namun tidak secara proporsional. Biaya ini sebagian akan dibe-bankan pada pos biaya tetap, dan sebagian lagi akan dibeban-kan pada pos biaya variabel.
-  Biaya variabel, adalah biaya yang akan ikut berubah secara pro-porsional dengan perubahan volume penjualan atau produksi.
-  Biaya tetap, adalah biaya yang tidak akan ikut berubah dengan perubahan volume penjualan atau produksi.

Analisa BEP dihitung dengan formula sebagai berikut:
                                                        Biaya Tetap
                        BEP  =  ---------------------------------------------  x  100%
                                       Hasil Penjualan – Biaya Variabel



atau dapat juga dituliskan sebagai:
                                                   Biaya Tetap
|
 
|
 
                        BEP  =  --------------------------------------
                                                     Biaya Variabel
                                        1  –     -----------------------
                                                    Hasil Penjualan

2.    Kontribusi Margin
Kontribusi margin adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel. Tujuan utama dari pengukuran kontribusi margin ini adalah analisa penentuan keuntungan maksimum atau kerugian mini-mum. Yang pertama perlu diketahui adalah rasio kontribusi margin, yaitu rasio antara biaya variabel dengan hasil penjualan. Lebih jelasnya, dapat dilihat dari rumusan berikut:

|
 
|
 
              Biaya Variabel
Rasio kontribusi margin  =  1  –    ------------------------
 Hasil Penjualan
Dengan demikian, rumusan untuk menetapkan penjualan minimal dari keuntungan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
             Biaya Tetap + Laba
|
 
|
 
Minimal Penjualan  =  -----------------------------------
                 Biaya Variabel
     1  –   -------------------------
    Hasil Penjualan


Pada saat menyajikan rencana usaha kepada para investor maupun para kreditor, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan/pengusaha adalah sebagai berikut :
  1. Usahakan rencana bisnis yang disusun tidak terlalu tebal tetapi lengkap, artinya mencakup berbagai informasi yang dibutuhkan oleh evaluator baik dari piahk investor maupun kreditor untuk melakukan pengambilan keputusan. Uraian lebih rinci sebaiknya dibuat dalam bentuk lampiran. Kuratko dan Hodgetts (2004) menyarankan agar tebal rencana bisnis tidak lebih dari 50 halaman.
  2. Penampilan rencana bisnis harus dibuat menarik karena investor dan kreditor akan memperoleh kesan pertama terhadap perusahaan yang sedang mencari pendanaan dari penampilan rencana bisnis yang diajukan kepada mereka.
  3. Sampul depan rencana bisnis harus memuat nama perusahaan, alamat, nomor telpon perusahaan, dan bulan serta tahun rencana bisnis dikeluarkan. Hal tersebut untuk memudahkan calon investor atau kreditor melakukan komunikasi dengan perusahaan atau pada saat mereka memberikan jawaban balasan terhadap rencana bisnis yang disampaikan perusahaan.  Pada bagian dalam dari sampul, harus dituliskan jumlah salinan/copy bisnis yang diedarkan. Hal ini akan memberi kesan kepada calon investor maupun kreditor bahwa mereka adalah pihak yang diprioritaskan oleh perusahaan dalam memperoleh penawaran rencana bisnis.
  4. Rencana bisnis yang baik harus mencantumkan ringkasan eksekutif (executive summary) yang dapat disampaikan dalam 2-3 halaman yang memuat penjelasan mengenai keadaan usaha saat ini. Ringkasan tersebut dapat berisi produk dan jasa yang dihasilkan, manfaat produk bagi pelanggan, ramalan keuangan, tujuan perusahaan dalam jangka panjang (lebih dari lima tahun), jumlah dana yang dibutuhkan, serta manfaat yang akan diterima oleh investor.
  5. Penyusunan rencana bisnis harus diorganisasikan dengan baik.
Rencana usaha yang baik akan mencantumkan risiko utama dari suatu bisnis yang akan dijalankan.

Gunadarma