Jumat, 29 Juni 2012

Kegelisahan



Selamat datang kembali, kegelisahan. Kau masih seperti dulu, rupanya: Menyapaku di muka pintu, merangkum semua ketakutanku, menamparku, menciutkan nyaliku—tetapi meneguhkan kembali keyakinanku. 

Kemana aku akan pergi hari ini? Tidak, aku tidak akan ke mana-mana. Ketika kata-kata tak lagi bicara, aku akan diam. Ketika gerak tak lagi bermakna apa-apa, aku akan berhenti. Sementara semua rencana sudah kulupakan: Aku akan memulai lagi dari awal, semuanya atau sebagian, terima kasih kamu sudah kembali.

Apa artinya hidup tanpa kegelisahan? Apa artinya hidup tanpamu? Aku berlari seperti kuda jantan yang mengamuk, meninggalkan banyak hal di belakang, berpikir seolah-olah kecepatan dan kekuatan berada di atas segala-galanya: Tetapi ternyata aku tak punya tujuan. Aku terjatuh. Aku menangis. Aku kesakitan. Aku takut. Aku anak kecil. Aku tak punya rumah. Aku sendirian. 

Terberkatilah aku karena kini kau datang lagi ke hadapanku: Kehadiranmu, seperti di mana-mana, selalu mengingatkan manusia bahwa mereka tak sendirian dalam menjalani kehidupanya. Maka hari ini, ketika kau datang lagi: Aku kembali menyusun ulang rencana-rencanaku yang berantakan. Aku menarik tali kekang kuda-jantan-ambisi-dan-berahiku. Aku menemukan keberanian untuk meruntuhkan berhala-berhala ke-jahiliyah-an dalam diriku untuk membangun Makkah dan Madinah di atasnya: Ternyata aku tak diutus ke dunia untuk semata-mata mewujudkan kebahagiaanku sendiri(an), tetapi sekaligus menyempurnakan kebahagiaan orang lain di sekelilingku.

Terberkatilah Muhammad yang gelisah membaca kemarau budi-pekerti masyarakatnya. Terberkatilah Ibrahim yang gelisah di lengang malam-malamnya. Terberkatilah semua manusia yang menemukan kegelisahan dalam dirinya untuk menemukan cinta dan harapan. Terberkatilah kita semua yang selalu butuh kegelisahan untuk tetap bertahan—dan kelak kembali berjalan, kembali berjalan: Untuk menemukan Nama Paling Tinggi di Angkasa dan berjanji memanggilnya ‘rumah’.

Selamat datang kembali, kegelisahan. Aku tak pernah bisa menemukan cara untuk bisa melanjutkan hidupku tanpa kehadiranmu. Demikianlah aku memilih untuk bertahan dalam hidupku demi semua hal baik yang pernah kulakukan; Aku tak akan meninggalkannya tersebab satu kesalahan yang pernah kulakukan. Aku memilih untuk memiliki kegelisahan, memilikimu: Untuk selalu belajar memaafkan diriku sendiri atau orang lain. 


0 komentar:

Posting Komentar